Isu kemiskinan menjadi pemanas pembahasan masalah di Jawa Tengah. Dialog dengan tema kampanye Becik tur Nyenengke menyuguhkan Ganjar Yasin dengan tag line “Tetap Mboten Korupsi, Mboten Ngapusi” dan Dirman Ida dengan jargon “Bangun Jateng Mukti Bareng” dengan penyampaian gagasan terkait isu kesejahteraan masyarakat.
Isu Kemiskinan di Jawa Tengah
Sebagai penyaji pertama, Dirman Ida menyampaikan kembali angka kemiskinan Jawa Tengah yang memang turun, tp tidak sesuai target. Masih di atas rata-rata nasional. Sebagai representasi perempuan, Ida menyampaikan bahwa paling terdampak dari isu kemiskinan ini adalah perempuan. Ida menawarkan untuk pelibatan berbagai stakeholder, baik di level lokal dan nasional. Mengangkat sejarah pak Bibit dalam mengurangi kemiskinan 5 sekian persen, sedikit dibawah target Dirman Ida. Angka yang tidak terpaut jauh itu membuat paslon ini optimis prestasi pak Bibit bisa diulangi.
Strategi mengurangi kemiskinan lainnya yang diajukan oleh Dirman adalab dengan mendorong desa untuk mengembangkan usaha mikro. Juga pelibatan kampus dalam pembentukan. Karena selama ini menurut Dirman, kampus seringkali tidak tampak terlibat dalam proses kebijakan. Mereka perlu terlibat lebih banyak secara kelembagaan dan tidak hanya bersifat teknis.
Di sisi lain, Ganjar menawarkan pendampingan dan pelatihan atas hak sipil. Masyarakat diharapkan lebih melek hak-hak mereka. Sehingga mereka bisa lebih aktif dalam mendorong kesejahteraan mereka sendiri. Sedangkan untuk pernikahan dini Ganjar menawarkan pendidikan yang lebih baik. Harapannya angka pernikahan dini tidak meningkat karena juga akan memunculkan persoalan sosial.
Sebagai pelengkap argumen paslon, Yasin mengusulkan penyelesaian kemiskinan berbasi lembaga keagamaan. Paslon ingin mendorong modal sosial ke arah modal ekonomi berjamaah. Fokus di lembaga keagamaan. Strategi optimalisasi peran lembaga keagamaan ini diharapkan akan muncul kepercayaan dalam pembangunan bersama. Kepercayaan pada pemerintah akan memunculkan partisipasi publik dalam pembangunan.
Kaitan dengan isu kemiskinan ini juga menyasar petani. Bagaimana kartu petani direspon secara berbeda antara Ganjar dan Dirman. Akan tetapi keduanya memiliki kesamaan arah kebijakan yaitu dari bawah untuk membuat petani memyadari hak mereka. Sedangkan dari pemerintah adalah memudahkan pembuatan data agar kebijakan yang diambil bisa tepat sasaran.
Isu Kebudayaan dan Keagamaan
Isu keagamaan juga menjadi bahasan yang cukup krusial. Jawa tengah pernah dihadapkan pada beberapa kasus terorisme misalnya, atau juga kebebasan yang dianggap terlewat batas. Tidak sesuai budaya ketimuran dan agama. Kerukunan umat beragama dalam masyarakat Jawa Tengah dihadapkan pada eskalasi konflik berbasis keagamaan. Baik radikal dan liberal.
Ganjar dan Tak Yasin mengajukan solusi guyub rembugan sebagai solusi konflik antar umat beragama. Pelibatan elit keagamaan dalam penyelesaian masalah yang ada. Termasuk pelibatan tokoh kebudayaan sebagai pendorong literasi kebudayaan berbasis pesantren. Hal yang memang selama ini ditonjolkan oleh pasangan calon pertama dalam penyelesaian persoalan kemasyarakat. Mendorong peran lembaga keagamaan untuk lebih aktif terlibat dan menjadi lokomotif perubahan.
Hal ini sedikit berbeda dengan Dirman dan Ida yang justru mengambil posisi proaktif untuk menyelesaikan masalah keagamaan. Dirman menjadikan pemimpin sebagai simbol perekat semua kalangan. Baik yang radikal fundamentalis maupun yang liberal. Meskipun beresiko mendapat label dari berbagai kelompok sebagai tidak konsisten. Tetapi itu dianggap akan memudahkan untuk menemukan saluran komunikasi dan stabilitas bersama.
Jateng dalam hal ini dianggap sebagai tempat bertemunya keberagaman berbasis yang menjunjung tinggi kebudayaan. Pemimpin harus menjadi ‘dirijen’, contoh untuk menampilkan budaya yang baik. Meneruskan maupun menciptakan kultur yang lebih baik untuk kebersamaan. Nguri-uri kabudayan.
Serba Serbi Dialog
Salah satu yang menarik dari dialog ini adalah bagaimana Ganjar dan Dirman yang tetap cair dalam berdialog. Persis dengan tagline debat terbuka pilgub. Bahkan ketika membahas e-KTP. Walhasil dialog ini tidak tendensius tetapi menjadi lebih informatif.
Ganjar dan Dirman bersama menyadarkan bahwa masyarakat perlu memahami dengan baik proses penyelesaian masalah sosial. Termasuk di dalamnya kemiskinan. Strategi dalam mengurangi kemiskinan juga perlu untuk diungkap kedua paslon sebagai bagian dari transparansi publik agar apa yang dilakukan tidak menyimpang dari aturan.
Sebagai penutup dialog Ida menyatakan penting mengerahkan kekuasaan untuk kesejahteraan. Kesiapan itu selain siap kalah juga siap untuk menang dan bekerja bagi masyarakat. Di sisi lain Taj Yasin mengatakan bahwa Ganjar dan Taj Yasin berkomitmen untuk menjadikan masyarakat sebagai warga yang kuat, tidak miskin.